Bangunlah Komunikasi, Kebahagiaan
Anda 'kan Lestari
Eramuslim.com :Tgl. publikasi: 9/12/2000 16:17 WIB
oleh: Ahmad Heriawan, Lc
Banyak bahtera keluarga yang oleng atau karam sebelum mendarat di
pantai harapan. Bahkan tak sedikit keluarga yang awalnya
harmonis, tapi yang terjadi akhirnya, antar anggota keluarga
saling sinis. Keluarga yang diharapkan menjadi surga, tiba-tiba
berubah jadi neraka. Tahukah Anda, tak jarang di antara faktor
penyebabnya berawal dari terputusnya komunikasi suami istri.
Maka jangan anggap enteng masalah komunikasi. Karena komunikasi
adalah proses membangun jembatan hati dan pikiran pasangan suami
istri (pasutri). Lalu pertanyaannya, bagaimana seharusnya seorang
suami/istri membangun komunikasi secara baik dengan pasangannya?
Untuk mengurai lebih jauh pertanyaan itu, ada baiknya kita
perhatikan pertanyaan berikut.
Mengapa menikah? Jawaban atas pertanyaan ini harus benar-benar
disadari oleh seorang Muslim. Baik mereka yang akan maupun telah
menikah. Pertanyaan ini penting, karena menyangkut motif dalam
bertindak selanjutnya (pasca pernikahan). Sebagaimana kita
ketahui bahwa menikah adalah ibadah. Maka segala yang kita
lakukan, mulai dari meminang, menggauli istri, sampai menafkahi
dan mendidik anak-anak adalah ibadah. "Nikah itu adalah
sunahku!" kata Nabi saw.
Karena ia ibadah, sudah seyogyanya pernikahan harus berperan
meningkatkan kualitas kesalehan dan ketakwaan para pasutri.
Fenomena itu harus tampak bersinar pada segenap sisi wajah
kehidupan. Cara berpikir lebih baik, cara bertindak lebih baik,
suasana emosional lebih stabil, bahkan karir dan kehidupan
finansial juga lebih meningkat. Sebab Allah berfirman; "Jika
mereka miskin, niscaya Allah akan memberi mereka kekayaan dan
keutamaan-Nya." (Q.S 4:32).
Mengapa memilihnya? Tidak semua bisa menjawab pertanyaan ini.
Walaupun sesungguhnya jawabannya sangat mendasar dalam kehidupan
perkawinan. Ini terkait dengan cinta dan penerimaan masing-masing
terhadap pasangannya. Dorongan mencintai dan dicintai adalah
fitrah paling dalam yang membuat setiap orang merasa butuh pada
pasangannya. Sebesar rasa butuh Anda terhadap pasangan Andaa,
sebesar itu pula dorongan untuk merawat hubungan Anda dengan
pasangan Anda.
Tapi tidak ada orang yang sanggup mencintai dengan kuat kecuali
bila ia menerima pasangannya secara wajar, apa adanya. Tak boleh
ada penyesalan di belakang hari: "Aduh saya menyesal nikah
dengan kamu". Moto "pasangan kita yang paling
cantik" harus terus dikokohkan dalam jiwa kita.
"Istri/suami saya adalah yang paling cantik/ganteng!".
Begitulah seharusnya Anda mensikapi dan memperlakukan pasangan
Anda.
Sikap ini membuat kita bisa seimbang melihat sisi kuat dan sisi
lemah pasangan kita. Inilah makna keseimbangan sikap sebagaimana
yang disabdakan Nabi SAW; "Janganlah seorang Mukmin
mencampakkan seorang Mukminah. Jika ia benci salah satu sikapnya,
ia akan menyukai sikapnya yang lain."
Hubungan yang produktif Sebagaimana anak-anak merupakan buah
cinta-kasih, maka komunikasi hubungan perkawinan hanya akan
langgeng jika masing-masing pasangan terus maju dan berkembang
dalam hubungan itu. Inilah fungsi hakiki dari setiap hubungan
produktif, pertumbuhan dan pengembangan. Maka merawat hubungan,
sama seperti menumbuhkan pohon. Kita harus mengembangkan pasangan
kita, kadar pengetahuannya, keterampilannya, kepribadiannya,
sikapnya, dan sebisa mungkin seluruh sisi kehidupannya.
Orang hanya akan sanggup mencintai pasangannya --dalam waktu
lama-- kalau ia bermanfaat bagi dirinya. Inilah makna manfaat
seperti dalam sabda Rasulullah SAW; "Sebabik-baik manusia
ialah yang paling bermanfaat bagi orang lain."
Nyatakan cinta dengan segala cara Ekspresi cinta kita terhadap
pasangan kita harus benar-benar lepas, dalam ucapan (verbal)
maupun bahasa tubuh dan tindakan (non-verbal). Alkisah seorang
sahabat mencintai sahabatnya yang lain, maka Rasulullah
memerintahkannya untuk menyatakannya secara verbal kepada yang
bersangkutan (Abu Dawud dan Tirmidzi).
Rasulullah SAW memerintahkan hal itu kepada sama-sama lelaki.
Apalagi tentunya, kita pada pasangan kita. Harus bahasa cinta itu
secara verbal dan sering harus dinyatakan di hadapan pasangan
kita. Menurut riwayat, Rosulullah SAW tak pernah meninggalkan
kata "Aku cinta padamu" pasa istri-istri beliau setiap
hari.
Seimbang dalam memberi dan menerima Beri yang terbaik untuk
mendapatkan yang terbaik. Inilah prinsip untuk meraih sukses
berkomunikasi. Jangan malah dibalik: Ingin mendapatkan segalanya,
tapi tidak pernah memberi yang terbaik. Orang yang membalik
prinsip ini akan selalu gagal dalam berkomunikasi dengan
pasangannya. Ibnu Abbas senang berhias agar nampak handsome
(ganteng) di depan istrinya. Itu karena, katanya; "Saya juga
ingin berpenampilan cantik di depanku." (stn)