Bingkisan buat istri da'i haroky

Keharmonisan rumah tangga aktivis harokah islamiyah salah satu penentu kelan caran da'wah islamiyah, karena, jika RT aktivis harokah dipenuhi konflik, maka sudah barang tentu akan mengurangi kesakralan misi da'wahnya, baik itu pada aktifitas atau pada pribadinya, apatah lagi kalau konflik yang melilit sang haraki berbuntut pada perceraian, yang meskipun itu dibenarkan saat segala upaya perbaikan telah dilakukan namun tak mendatangkan hasil, tetapi bagi masyarakat bawah masalah ini akan menjadi sangat ganjil kalau terjadi pada seorng Ustadz yang note bene selalu dibayangkan bisa mengayomi isterinya menjadi yang terbaik diantara kebanyakan isteri audiens da'wahnya.

Kita tidak akan terlalu mempermasalahkan hal itu, apalagi menganggapnya aneh, karena Rasulullah SAW dan para sahabatnya sering digoyang oleh riak-riak masalah rumah tangga, apalagi dengan kita jika dibandingkan dengan mereka tidak akan pernah sama, dan itu wajar karena Rasulullah dan sahabat serta kita adalah manusia yang memiliki khilaf dan salah dalam berkata dan bertindak, dan kalau memang itu sudah merupakan taqdir kita tidak bisa berbuat banyak dan berarti, namun yang terpenting adalah bagaimana kita bertahan sebisa mngkin dan berusaha bisa keluar dari konflik itu dan menyelesaikan secara baik, tidak gegabah, tidak hanya mendengarkan kata sendiri, memakai cara dan metode sendiri, tapi bagaimana seorang suami diharapkan bisa berdiplomasi dengan mereka yang punya sangkut paut dengan konflik tersebut, hal itu disyaratkan qur'an yang artinya:

Jika kalian takut akan terjadi persengketaan antara keduanya (suami & isteri), maka utuslah penengah dari keluarga suami dan keluarga isteri, jika keduanya ingin perbaikan, maka Allah akan memberikan taufiqnya(membuat keduanya akur) sesungguhnya Allah maha mengetahui dan maha mengenal.(4:35).

Demikianlah qur'an memberikan solusi, ini adalah isyarat global, sedangkan mengenai kembangannya kita bisa menempuh berbagai cara untuk menuju kepada perbaikan antara kedua pasangan itu. Hanya kadang-kadang yang sering muncul, suami atau istri bersikap tertutup dan ingin menyelesaikan masalahnya sendiri, dan ia tidak sadar bahwa kepalanya tidak terlalu besar untuk menampung dan menyelesaikan permasalahan yang begitu banyak dan akumulatif, maka pada saat menemui kebuntuan, putusan gegabahpun bergulir yaitu bercarai dengan tholaq 1,2 atau 3, apatah lagi sang suami atau istri tidak banyak tahu tinjauan syar'i tentang hal yang berkaitan dengan runah tangga, maka pada saat itu gambaran seorang da'i haraki semakin kabur, tongkrongannya saja yang mantap tapi kalau dilihat dalamnya jauh panggang dari api. Berangkat dari itu semua, keluarga da'i haraki harus benar-benar memiliki tsaqofah yang cukup tentang kerumah tanggaan dan berusaha menjadikan RTnya seharmonis mungkin, karena mereka adalah figur yang selalu dilihat dan ditiru, kalau bukan ditiru masyarakat luas ia akan ditiru masyarakat kecilnya yaitu keluarganya.

Rumah Tangga adalah Media Ta'awun bukan Media Perlombaan Da'iyah terkenal Zainab Al-ghazali pernah mengatakan: Kehidupan rumah tangga merupakan media untuk saling tolong menolong dan saling topang satu sama lain, bukan media untuk saling mengalahkan, untuk itu rumah tangga membutuhkan perhatian khusus, keahlian yang cukup dan memiliki cadangan solusi untuk masalah-masalah yang akan dihadapi agar permasalahn tidak menumpuk dan akumulatif, dan hal yang mendasar dalam mewujudkan media ta'awun ini adalah keseriusan suami dan istri untuk mewujudkan keluarga yang sukses, dan merealisasikan SAMARA dalam berumah tangga sebagaimana dinyatakan dalam surat Ar-ruum ayat 21 yang artinya: Diantara tanda-tanda kekuasaanNYA dia menciptakan dari diri kalian istri agar kalian merasa tentram kepadanya dan menjadikan antara kalian kasih sayang. Sekali lagi kehidupan rumah tangga bukanlah medan untuk saling mengalahkan atau adanya kekuasaan tunggal yang monarkhi, namun ia selebihnya tempat menumpahkan rasa kecintaan, kasih sayang, keakraban, perasaan halus, ikatan ruhiyah, nurani, dan ikatan agama hanif sebelum berupa ikatan materi atau ikatan resmi. Lebih lanjut beliau memberikan beberapa tips dalam berumah tangga agar ia menjelma menjadi rumah tangga yang harmonis atau SAMARA, terutama bagi para da'i dan da'iyah yang baru memasuki mahligai rumah tangga:

l.Bagi istri hendaknya mampu meyimpan rahasia rumahnya yang baru, hubungannya dengan suami dari teman-temannya dan kerabatnya yang terdekat bahkan dari ibu bapak dan saudara-saudaranya, istri harus faham bahwa hubungan ini adalah spesialisasi antara dia dan suaminya saja, jika disana ada perbedaan cara pandang terhadap suatu permasalahan hendaknya masalah itu diselesaikan dalam susana akrab dan kasih sayang tanpa ada campur tangan luar, diwarnai dengan sabar dan saling memahami, tidak menceritakan kepada orang lain jika menurutnya akan menambah permasalahan, karena masing-masing memiliki sudut pandang yang berbeda, cara perbandingan bisa ditempuh atau cara lain, tidak terkesan membuka aib keluarga dan urusan dalam.

2.Suami istri hendak berusaha saling mengenal dari segi sifat, karakter, pembawaan dan hal-hal lain yang berkaitan dengan fisik dan pribadi masing-masing, dengan begitu akan membuahkan kecocokan satu sama lain, berusaha mencari persamaan, toleransi dalam hal-hal yang sedikit berbeda, karena itu banyak membantu dalam beradaptasi dengan masing-masing pasangan. Untuk mewujudkan hal itu tidak bisa dalam waktu dekat, namun membutuhkan waktu dua tahun atau tiga tahun atau tergantung kepada keintesifan masing-masing untuk berusaha kearah sana.

3. Pengantin baru pendamping da'i haraki mesti faham bahwa ia bertanggung jawab terhadap suami, yang memiliki hak untuk ditaati, dijaga harga diri dan hartanya dan berusaha sekuat tenaga merealisasikan kebahagiaan, dia harus tampil menjadi pendukung suami untuk meraih apa yang menjadi cita-cita bersama, perlu diingat ketaatan kepada suami lebih didahulukan daripada ketaatan kepada kedua orang tua, selama dalam ketha'atan bukan maksiat.

4.Yang perlu diperhatikan selanjutnya adalah bagaimana sang istri mampu mewujudkan kebahagiaan paripurna bagi suaminya, dan sarana kearah itu sangat beragam diantaranya: ketika suami pulang dari kerja atau perjalanan da'wah yang panjang dan melelahkan ia dapatkan rumah telah tertata rapi nan asri serta bersih, makanan telah terhidangkan, dia telah siap dengan pakaian indah dan rapi dan menyambutnya dengan senyum manis, menyuguhkan makanan dengan penuh rasa cinta dan menyertainya bersantap malam atau siang, dan itulah yang akan menghilangkan rasa penat dan capai yang ada pada suami. Istri hendaknya pandai-pandai memilih waktu untuk memploorkan permasalahan yang dihadapinya, karena ia tidak setiap waktu siap untuk menampung permasalahan, oleh karenanya memilih saat tepat untuk itu, perlu perhatian khusus dari sang isteri, cara lain untuk mewujudkan kebahagiaan itu dengan cara bermuamalah kepada keluarga suami dengan muamalah yang baik, penuh kecintaan, dan pada akhirnya suami akan merasa bangga memiliki istri sholehah seperti itu, yang mampu bersabar dalam membina rumah tangga yang islamy, dengan begitu ia dapat meraih gelar mar-atush-sholehah yang merupakan sebaik-baik perhiasan dunia, sebagaimana dalam hadist disebutkan: Dunia adalah perhiasan dan sebaik-baik perhiasaan dunia adalah wanita yang sholehah.(al-hadist).

Bingkisan Sebagai bekal dalam menghadapi susana baru sebagai pendamping da'i haraki atau pendamping da'i haraki sepuh ada baiknya kita renungkan pesan seorang Ibu cerdas dan bijaksana kepada anak gadisnya sebelum diboyong kerumah suaminya. Ibu tua itu adalah Umamah Binti Al-harist Asy-syaibany, dia adalah istri Auf bi muhallim Asy-syaibany, beliau dikenal cerdas, memiliki pandangan luas, kefashihan dalam berbicara dan memiliki kekuatan hujjah serta argumen. Beliau berpesan dengan mengatakan:

Wahai anakku seandainya wasiat dan nasehat boleh ditinggalkan dikarenakan adanya adab dan ilmu yang lebih, sungguh aku tidak akan menasihati dan berwasiat kepadamu, akan tetapi wasiat dan nasehat adalah peringatan bagi yang lengah dan lalai, penolong bagi yang beraqal dan cerdas, seandainya seorang wanita tidak butuh pada nikah karena kedua orang tuanya kaya dan kedua orangtuanya sangat butuh kepadanya, sungguh engkau adalah orang yang paling tidak butuh pada yang demikian itu, akan tetapi wanita diciptakan untuk lelaki dan untuk mereka (wanita) lelaki diciptakan.

Wahai anakku: sesungguhnva engkau akan meninggalkan suasana dan keadaan, susana dan keadaan dimana engkau terlahir, dan engkau akan meninggalkan sarang ( rumah ) yang didalamnya engkau merangkak dan tumbuh dewasa menuju ke gubuk yang tidak pernah kau ketahui dan fahami, menuju dan bertemu dengan teman hidup yang sebelumnya tidak pernah kau kenal dan akrab dengannya, oleh karenanya ingat dan camkan 10 pesanku ini dengan baik sebagai tabungan dan bekal:

1&2. Khusyu' dalam qona'ah, dan selalu tho'at dan jeli mendengar apa yang diperintah.

3&4. Mengawasi sasaran pengelihatan dan penciuman suami agar tidak melihat yang tidak mengenakkan dan tidak mencium darimu kecuali bau yang harum dan wangi.

5&6.Menjaga waktu tidur dan makannya, karena perut yang lapar mengundang bara permasalahan, mengganggu waktu tidurnya menimbulkan kemarahan.

7&8. Menjaga hartanya dan memperhatikan keluarganya. keuntungan dalam harta, terdapat dalam penghargaan terhadap harta itu, dan keuntungan dalam keluarga terdapat dalam pandainya engkau mengurusnya.

9&10. Jangan kau bantah perintahnya, jangan kau sebar rahasianya, jika engkau menyalahi perintahnya, maka engaku telah memenuhi dadanya dengan amarah, jika kau sebar rahasianya berarti engaku telah merusak sebagian rencananya, dan jangan sampai engkau menampakkan kegembiraan dihadapannya sedangkan dia dalam keadaan susah dan punya masalah, dan janganlah bersedih dihadapannya sedangkan dia sedang gembira.

Akhiru Kalam Itulah sepuluh nasehat yang disampaikan sang Ibu kepada anaknya sebelum berangkat kerumah sang suami, dan nasehat ini patut dicamkan bagi balon istri, istri baru dan istri sepuh dalam mewujudkan SAMARA bersama da'i haraki, semoga dengan nasehat dari Ustazah Zainab Ghozali dan dengan 10 nasehat Umamah ini anda bisa membantu kesuksesan da'wah sang suami yang haraki itu, semoga!, dan anda tidak perlu bersusah payah untuk melaksanakan ke 10 butir nasehat itu selama suami anda bukan suami yang sholeh, suami yang jauh dari agama, suami yang suka maksiat, karena suami yang maksiat tidak boleh ditaati. Demikian sabda Rasul junjungan kita yang tercinta.

Wallahu a'lamu bish-showab